jangan terlalu memaksakan

Ada batas pada kekuatan yang dimiliki. Kekuatan yang tidak terbatas hanyalah milik Sang Maha Kuasa semata. Seorang manusia super yang mempunyai semua kemampuan untuk melakukan ini itu dalam sekali waktu adalah fantasi semu belaka. Manusia adalah makhluk yang telah dikhususkan untuk setiap pribadinya. Masing-masing membawa kemampuannya sendiri dan taraf tingkatannya pun berbeda. Ini yang menjadi pembatas tegas akan ukuran kekuatan kemampuan manusia.

Tanggung jawab akan selalu menuntut kewajiban-kewajiban untuk dipenuhi. Perkara konsekuensi adalah hal yang lekat dengan tanggung jawab. Sebab akibat kesemuanya harus diterima dengan lapang dan ditindaklanjuti dengan tepat. Pada peran manusia apa pun itu, akan ada tanggung jawab yang menyertai. Semakin besar tanggung jawab itu maka semakin besarlah pula beban tugas-tugas yang harus dikerjakan.

Menjadi yang terbaik adalah pemicu semangat dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Akan selalu ada hasrat itu bagi mereka yang bersungguh-sungguh mencapai tujuannya. Kepercayaan tumbuh dari baiknya hasil capaian yang terus menerus ada dan memuaskan bagi yang berkepentingan. Orang yang terbaik adalah orang yang pantas untuk dipercayai. Tidak akan orang yang mau menyerahkan suatu urusan yang ia harapkan dapat diselesaikan dengan sempurna jika tidak dengan orang yang sangat terpacu untuk menjadi yang terbaik.

Kemampuan, keterbatasan, tanggung jawab, beban, keinginan menjadi yang terbaik, dan kepercayaan. Kesemua hal ini dapat berjalan harmonis jika masih dalam tataran yang wajar. Jika memang mampu, masih dalam batasan yang sesuai, mau bertanggung jawab dengan beban yang dapat diatasi, serta didukung oleh keinginan pribadi menghasilkan karya terbaik dan kepercayaan pihak lain, maka tak ayal hasil yang sudah direncanakan sebelumnya bisa terwujud dengan sendirinya.

Namun, akan ada kondisi saat kekuatan yang terbatas, beban yang terus bertambah, dan keinginan menjadi nomor satu itu bergabung menjadi satu ramuan kerumitan. Terbatasnya kekuatan adalah hal yang sangat berpengaruh pada terjadinya beban yang terus menambah. Sedangkan, keinginan menjadi terbaik mempunyai sisi yang menyudutkan dua hal lainnya. Ia menuntut dan memaksa lebih dari pada kenyataan sudah begitu buntu.

Waktu menyaksikan kerumitan itu berlangsung. Batas-batas kekuatan semakin menjadi tipis. Beban tiada henti untuk terus memperbanyak dirinya dalam berbagai bentuk. Keinginan sudah menjadi-jadi dan hanya satu perintah terus berulang kali dicamkan “semuanya intinya harus diselesaikan dengan sesempurna mungkin”.

“Paksa, paksa, paksa!” Tidak peduli memikirkan akan jadi seberapa melelahkannya deraan yang tertempa pada diri. “Lihat keinginanmu itu, lihat saja itu! Selesaikan dan usir semua yang menghalanginya untuk terwujud!” Tiada perlu mempersoalkan bagaimana yang lain akan menanggapi seperti apa jadinya.

Ya, pada karakter yang sudah kuat dan memahami dirinya sendiri, maka intimidasi semacam ini bisa menjadi hal yang tepat untuknya. Sedangkan, sebaliknya. Ia akan menjadi sumber kehancuran bagi mereka yang tidak mengenali sejauh mana keterbatasan kemampuan yang dimiliki.

Jangan terlalu memaksakan. Keinginan memberikan yang terbaik adalah hal yang wajar dan seharusnya ada pada setiap orang. Akan tetapi, ingatlah di mana batasan kemampuan yang dimiliki oleh sendiri. Jangan menjadi orang yang tidak mengenal dirinya kembali, melampaui batas kekuatannya, dan akhirnya berakibat pada hancurnya diri sendiri.

Kepercayaan itu penting memang. Namun, lihat dulu bagaimana kondisi yang terjadi. Apakah memang masih dalam batas kemampuan dan beban yang wajar? Jika tidak, mintalah kepercayaan untuk dapat mengerti. Tak perlu lagi terlalu menomorsatukan keinginan menyampaikan hasil yang terbaik untuk dapat masih dipercayai seperti semula. Kondisi berubah dan ada yang sebenarnya sangat luwes untuk dapat disesuaikan.

Maka, tenanglah. Pikiran yang jernih akan memberikan pencerahan jika kondisinya sedemikian itu. Pikiran yang jernih tidak akan lancang memaksakan diri pada batas yang tidak ia sanggupi. Pikiran yang jernih justru mencari jalan keluar yang tidak akan merugikan diri sendiri, tetapi juga tetap menguntungkan bagi yang berkepentingan.

Sekali lagi, janganlah terlalu memaksakan diri. Memaksakan diri bagaimana pun itu adalah bentuk melampaui batas yang pasti akan berdampak tidak baik pada diri sendiri…

(Puncak, 12 Agustus 2014)

 

4 respons untuk ‘jangan terlalu memaksakan

Tinggalkan Balasan ke nazhalitsnaen Batalkan balasan